728x90 AdSpace

ada apa di sini

oke jon aja

Monday 22 May 2017

Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Hubungan, Kaitan dan Konflik


Makalah ini dibuat oleh kelompok bersama untuk membahas lebih dalam mengenai Komunikasi Antar Budaya dan kaitan didalamnya. Silahkan Share atau bokmark link ini untuk kebaikan belajar anda.
Materi yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai  Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya

Download versi Makalah Resmi Aja(google drive)



Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya

Tim Pembahasan:
Nur Rohim             43010150037                          Ayu Ardianti               43010160034
Umi Kamilah         43010150045                          Gesang Kusumajati     43010160066
M. Iqbal                 430101500                              Zuan Jauhar Mustofa  43010160077
Eni Nurfuadah       430101500                              Lina Sofia Isnaini       43010160084
Iqbal Maulana Y    43010160097

A.    Proses dan Macam Transisi Antar Budaya
1.      Perkembangan Budaya di Indonesia
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan  kita adalah sebuah budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang beranekaragam.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu  Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
Kebudayaan Indonesia bukanlah suatu yang padu dan bulat, tetapi adalah suatu yang terjadi dari berbagai unsur-unsur suku bangsa. Di daerah Indonesia yang sangat luas terdapat bermacam macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain disebabkan oleh perjalanan yang berbeda.
Sebagaimana diketahui, bahwa unsur sejarah yang menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi menjadi lima lapisan yaitu, (1) kebudayaan Indonesia asli, (2) Kebudayaan India, (3) Kebudayaan Islam, (4) Kebudayaan Modern, (5) Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika.
2.      Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan segaja wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
                 Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan adanya jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
3.      Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perarilah Kebudayaan
     Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
     Sebagai contoh dikemukakannya peralihan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan-perubahan tersebut lebih merupakan peralihan budaya
     Perubahan sosial dan perubahan budaya sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menetukan garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat. Hal itu mengakibatkan bahwa garis pemisah di dalam kenyataan hidup antara perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk ditegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan hubungan timbale balik sebagai sebab dan akibat.
4.      Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
           Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
           Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
5.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar[1].  Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
a)      Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk m
enimbukan kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja dan stratifiksi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambah banyaknya manusia penduduk bumi ini. Pada masyarakat-masyarakat yang mata pencaharian utamanya berburu, perpindahan sering kali dilakukan, yang tergantung dari persediaan hewan-hewan buruannya. Apabila hewan-hewan tersebut habis, mereka akan berpindah ke tempat-tempat lainnya seperti manusia purba.
b)      Penemuan-Penemuan Baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak teralu lama disebut dengan inovasi atau innovation[2].  Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Misalnya penemuan mobil, kereta api, dan jalan kereta api, telepon, dan sebagainya menyebabkan tumbuhnya lebih banyak pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburb.
Proses penerimaan perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1)      Terbiasanya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2)      Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami kelambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3)      Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya, sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4)      Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5)      Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannnya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
c)      Pertentangan (Conflict) Masyarakat
Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingn masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui, tetapi mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul pertentangan atara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
d)      Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar pada Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolute berubah menjadi dictator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial dan kebudayan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
·         Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
·         Peperangan
·         Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

6.      Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Terjadinya perubahan-perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal:
a)      Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
b)      Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda.
Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di dalam keluarga sistem politik, dan kekuasaan, serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa. Walaupun perubahan sosial dan perubahan kebudayaan itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tak akan mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya.
     Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi.[3]  Dalam keadaan demikian, individu secara spikologis merasakan akan adanya ketentraman, karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai.
     Ada kalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh juga pada warga masyarakat. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment). Bila sebaliknya terjadi maka dinamakan ketidakpenyusuaian social (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.

7.      Peristiwa-peristiwa Perubahan Kebudayaan
a)      Ketidakserasian Perubahan-perubahan dan Ketertinggalan Budaya
Cultural lag adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah. Akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu berpengaruh terhadap tari-tarian tradisional. Akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri. Apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur tersebut diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal didalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn.
Teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya seperti diuraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat, dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan). Juga suatu ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi, tidak sebanding, sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya. Perubahan itu bisa berupa discovery (penemuan), invention (ciptaan baru), dan diffusion (difusi, peleburan dari ciptaan lama dengan baru).
Pengertian ketertinggalan dapat digunakan paling sedikit dalam dua arti, pertama sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya penemuan baru.
b)      Cultural Shock (guncangan kebudayaan)
Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg (1958) untuk menyatakan apa yang disebutnya sebagai suatu penyakit jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tak disadari oleh korbannya. Hal ini akibat kecemasan karena orang itu kehilangan atau tak melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah dikenalnya dengan baik.
Misalnya, adalah  peristiwa kebudayaan dimana masyarakat melakukan perpindahan dari Negara satu ke Negara lain. Tetapi terjadi perbedaan budaya yang jauh antar Negara tadi dan membuat masyarakat bingung untuk berdaptasi. Keadaan ini lebih dipengaruhi dengan perbedaan mendapat beasiswa di Perancis. Tetapi di Perancis, mereka lebih suka menggunakan Bahasa Ibu mereka. Keadaan ini jelas akan membuat keadaan orang Indonesia mengalami Cultural Shock dimana dia akan kebigungan dengan bahasa yang tidak biasa dia dengar selama ini dan seperti yang kita ketahui, bahwa Bahasa Perancis jika tidak terbiasa mendengarnya pasti akan sulit untuk memahaminya.
Ada empat tahap yang membentuk siklus culture shock:
·         Tahap inkubasi; kadang-kadang disebut tahap bulan madu, sebagai suatu pengalaman baru yang menarik.
·         Tahap krisis; ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban culture shock
·         Tahap kesembuhan; korban mampu melampaui tahap kedua, hidup dengan damai.
·         Tahap penyesuaian diri; sekarang orang tersebut sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan dirasakannya dalam kondisi yang baru itu, rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.[4]

Penyesuaian diri antarbudaya dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya factor intern dan factor ekstern. Faktor intern ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skills). Watak adalah segala tabiat yang membentuk keseluruhan kepribadian seseorang, yang dalam bahasa sehari-hari biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan, “orang macam apa dia?” jawabannya: emosional, pemberani, bertanggung jawab, senang bergaul dan seterusnya. Orang yang senang bergaul biasanya akan lebih mudah menyesuaikan diri.
Kecakapan atau skills menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki.
Selain kedua faktor ini, juga sikap (attitude) seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya. Yang dimaksud dengan sikap di sini adalah kesiagaan mental atau saraf yang terbina melalui pengalaman yang memberikan pengarahan atau pengaruh terhadap bagaimana seseorang menanggapi segala macam objek atau situasi yang dihadapinya.
            Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya adalah:
·         Besar-kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempt asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinya.
·         Pekerjaan yang dilakukannya, yaitu apakah pekerjaan yang dilakukannya itu dapat ditolerir dengan latar belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.
·         Suasana lingkungan tempat ia bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup.

B.     Hubungan Komunikasi Dengan Budaya
1.      Komunikasi dan Budaya
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Dalam mewujudkan suatu pandangan terhadap budaya. Dan melalui komunikasi juga dapat mengkreasikan suatu budaya.  
Menurut kajian ilmu sosial, multicultural atau heterogenitas adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormayi dan toleransi atau sama lain.[5]
2.      Budaya mempengaruhi Komunikasi
Porter dan Samovar (1993:26) menyatakan bahwa hubungan reciprocal (timbal balik) antara budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin mempelajari komunikasi antarbudaya secara mendalam. Dengan melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi. Selanjutnya Porter dan Samovar kembali menegaskan, kemiripan budaya dalam persepsi akan memungkinkan pemberian makna yang cenderung mirip pula terhadap suatu realitas sosial atau peristiwa tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi kita.
Banyak aspek/unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses persepsi dan pemaknaan suatu realitas. Berikut akan membicarakan beberapa unsur sosial budaya sebagai bagian dari komunikasi antarbudaya, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita sehingga mempengaruhi perilaku komunikasi kita (Porter dan Samovar, 2003:28-32).

a.       Sistem kepercayaan (belief), nilai (values), dan sikap (attitude).
Kepercayaan dalam pandangan Mulyana (2004) adalah suatu persepsi pribadi. Kepercayaan merujuk pada pandangan dimana sesuatu memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu, tidak peduli apakah sesuatu itu dapat dibuktikan secara empiris (logis) atau tidak. Berikut dicontohkan Mulyana:
·            Berdoa membantu menyembuhkan penyakit.
·            Bersiul di malam hari mengundang setan, terutama di tempat ibadah.

Nilai-nilai dalam suatu budaya tampak dalam bentuk perilaku-perilaku para anggota budaya sebagaimana dituntut atau disyaratkan oleh budaya yang bersangkutan. Misalnya, umat muslim dituntut untuk menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan, umat katholik dituntut untuk menghadiri misa, dsb. Nilai-nilai ini disebut oleh Porter dan Samovar sebagai nilai-nilai normatif. Selanjutnya, kepercayaan dan nilai ini berkontribusi pada pengembangan sikap.
Sikap dalam pandangan Porter dan Samovar dipahami sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek atau realitas secara konsisten. Sikap tersebut dipelajari dalam suatu konteks budaya. Kepercayaan dan nilai-nilai yang kita anut sehubungan dengan suatu objek akan mempengaruhi sikap kita terhadap objek tersebut. Misalnya, jika kita percaya bahwa mandi malam tidak baik untuk kesehatan tubuh, maka kita akan menghindari untuk mandi malam.
b.      Pandangan dunia (world view)
Unsur sosial budaya kedua yang mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu objek atau realitas dan akhirnya mempengaruhi perilaku komunikasi yakni pandangan dunia. Menurut Porter dan Samovar (1993:30), pandangan dunia merupakan salah satu unsur terpenting dalam aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan erat dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, dll.
Deddy Mulyana (2004:32-4) kemudian menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi pemaknaan suatu pesan. Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Dicontohkan Mulyana, karena kepercayaan seseorang yang teguh akan agamanya maka akan mendorongnya untuk bertindak hati-hati, tidak berbohong, menghina atau memfitnah orang lain, karena meyakini semua tindakan komunikasinya itu kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
c.        Organisasi sosial (social organization)
Porter dan Samovar (1993:31-32) berpendapat, cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi.Menurut Porter dan Samovar, ada dua institusi atau organisasi sosial yang berperanan penting dalam kaitannya dengan persepsi. Pertama keluarga, yang meskipun merupakan organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, ia juga mempunyai pengaruh penting. Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak. Keluargalah yang membimbing anak dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek.
Kedua, sekolah dimana diberi tanggung jawab besar  untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan cara memberitahu murid tentang apa yang telah terjadi di dunia sekitar, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui sebagai anggota dari suatu komunitas budaya.
3.      Komunikasi mempengaruhi Budaya
Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.
Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.

C.    Peran Persepsi Dalam Komunikasi Antar Budaya
Untuk memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia senantiasa beeinteraksi dengan orang lain. Untuk itu, manusia menggunakan berbagai alat dan kemampuan yang memungkinkannya untuk menjalankan fungsinya. Salah satu  alat perlengkapan manusia adalah alat indra. Dengan alat indra tersebut, manusia dapat melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh dunianya.
Persepsi merupakan proses internal yang dilalui individu dalam menseleksi, mengevaluasi, dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Secara mudah, persepsi dapat dikatakan sebagai proses individu dalam melakukan kontak/hubungan dengan dunia sekelilingnya. Dengan cara mendengar, melihat, mencium, meraba, merasa, kita dapat mengenai lingkungan dan sadar mengenai apa yang terjadi di luar diri kita.
 Pengaruh khusus kebudayaan pada proses persepsi sulit diketahui karena sering kali tidak dapat dipastikan apakah pengalaman pribadi atau latar belakang kebudayaan yang bertanggung jawab atas terjadinya keragaman persepsi yang ada pada orang-orang. Namun demikian, diasumsikan bahwa gabungan antara pengalaman pribadi dan latar belakang budayalah yang cenderung merupakan pendorong atau penyebab dari timbulnya persepsi.
Suatu tahap penting dari persepsi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, adalah permberian makna pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Walaupun masing-masing mempunyai makna objektif, misalnya tentang pohon, setiap orang akan mengakuinya sebagai pohon, namun setiap orang juga dapat memberikan makna subjektif. Makna subjektif ini ditentukan oleh pengalaman dan kebudayaan.Semakin besar perbedaan yang "menyangkut latar belakang pengalaman dan budaya, semakin besar-pula perbedaan yang menyangkut persepsi. Perbedaan ini selanjutnya akan menimbulkan adanya tingkah laku dan reaksi yang berbeda, biarpun objek yang jadi pusat perhatian adalah sama.

D.    Kaitan Antara Budaya Dan Komunikasi
Komunikasi adalah proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan komunikasi manusia serta interaksi. Fenomena sosial yang sekarang terjadi seperti permasalahan agama dan etnik menyadarkan kami untuk mengkaji perlunya menyadari keberadaan perbedaan di Indonesia.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada oranglain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk mengubah sikap atau tingkahlaku seseorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.(Effendy,2001:13)
Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai ini diakui baik secara langsung maupun tidak langsung seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut.Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasipun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Menurut stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya baik ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi-ke generasi.
Hubungan antarbudaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi.Komunikasi antarbudaya terjadi apabila sebuah pesan yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain.(Samovar & Porter, 1994:19)

E.     Konflik Yang Di Hadapi Dalam Komunikasi Antar Budaya
Konflik berasal dari kata kerja latin conflgure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salahsatu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
1.      Jenis-jenis konflik berdasarkan konsentrasi aktifitas manusia antara lain:
a)      Konflik Pribadi
Pertentangan yang terjadiantara orang perorang karena masalah pribadi, disebabkan karena perbedaan pendirian, serta perbedaan kebudayaan.
b)      Konflik Rasional
Pertentangan antara kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang  saling bertbrakan.
c)      Konflik Politik
Meyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun diantara negara-negara yang berdaulat.
d)      Konfli Kantar Kelas Sosial
Disebabkan perbedaan antar kelas sosial yang berbeda.
e)      Konflik Internasional
Disebabkan perbedaan kepentingan antara dua Negara.
f)       Konflik Vertical Dan Horizontal
Pertentangan antar kelompok masyarakat dengan para pemimpin masyarakat.
2.      Sebab - sebab  munculnya konflik, antara lain:
a)      Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu.
b)      Perubahan sosial yang terlalu cepat dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari system nilai baru.
c)      Perbedaan kebudayaan yang mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku.
d)      Bentrokan antar kepentingan baik perseorangan maupun kelompok. Misalnya kepentingan ekonomi , sosial, politik, ketertiban, dan keamanan.
e)      Lemahnya kepemimpinan pada sebagai tingkatan (weakleadership)
f)       Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian atau seluruh kelompok masyarakat .
g)      Rendahnya tingkat penegakan hukum (lack of legal mechanism)
3.      Konflik juga bisa terjadi karena adanya berbagai hambatan dalam komunikasi.
Hambatan-hambatan dalam komunikasi antarbudaya (Chaney & Martin 2004:11) antara lain:
a)      Fisik
Hambatan komunikasi macam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik.
b)      Budaya (cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya.
c)      Persepsi (perseptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
d)      Motivasi (motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi sang pendengar,apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau sedang malas dn tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
e)      Pengalaman (eksperiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama, sehingga setiap individu mempunyai presepsi dan konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
f)       Emosi (emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar.
g)      Bahasa (linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerimaan pesan (receiver) mnggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
h)      Nonverbal.
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
i)       Kompetisi
Hambatan seacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon seluler sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus, maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang dsampaikan melalui telepon selulernya secara maksimal.

Disamping topik tersebut cara efektif untuk mengendalikannya memiliki berbagai bentuk. Cara mengatasi hambatan dan memperbaiki komunikasi agar menjadi lebih efektif yakni:
a)      Social competence: mampu untuk membuat jaringan sosial, pandai bergaul dan banyak teman
b)      Opennes to other ways of thinking: terbuka untuk menerima pikiran yang berbeda dari atau perbedaan pendapat
c)      Cultural adaption: kemampuan seseorang menerima budaya baru.
d)      Proffessional Excellence: mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu
e)      Language skill: kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat, karena bahasa adalah salah satu hal yang paling penting. Jika terjadi kesalahan berbahasa, maka akan terjadi pula perbedaan persepsi yang menimbulkan perpecahan.
f)       Flexibility: kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan
g)      Ability to work in team: kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim.
h)      Self relianceor independence: Percaya diri dan mandiri
i)       Mobility: lincah dan wawasannya luas.
j)       Ability to deal with stress: mempunyai kemampuan untuk mengatasi stres
k)      Sesivity: peka terhadap sesuatu yang baru
l)       Memelihara komunikasi terbuka
m)   Memahami kesulitan komunikas iantar budaya
n)      Menggunakan pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada penerima
o)      Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab buntuk memperoleh dan membagi informasi.
p)      Pengendalian konflik (akomodasi)          
·         Koersi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu.
·         Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak –pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntunan agar tercapai suatu penyelesaian.
·         Atribasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak memberikan keputusan.
·         Mediasi merupakan bentuk akomodsi  yang hamper sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga tidak berhak memberikan keputusan.
·         Konsiliasi merupakan bentukakomodasidenganmempertemukankeinginan-keinginandaripihak –pihakberselisih demi tercapainyasuatutujuanbersama.
·         Toleransimerupakanbentukakomodasitanpapersetujuan yang resmi.
·         Stalematemerupakanbentukakomodasiketikakelompok – kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti sendiri.
·         Adjukasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.


DAFTAR PUSTAKA

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Ali, Mukti. 2017. Komunikasi Antar Budaya dalam Tradisi Agama Jawa. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Nasrullaah, Rulli. 2012. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rakhmat, 1993. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op.cit.,. Mac Iver
Nasrullah, Rulli, 2012. Komunikasi AntarBudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar. 1993. Suatu Pendekatan terhadap KAB. dalam buku Komunikasi Antarbudaya, Penyunting: Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat. , Bandung: PT Remaja Rosdakarya


http://nurkholifahhh17.blogspot.co.id/2016/12/makalah-perubahan-budaya.html
http://www.apyusa .com/2015/10/contoh-makalah-konflik-sosial-dan.html 


[1] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op.cit., hlm. 489. Mac Iver dan Page dalam bukunya Society, an introductory analysis, menyebutkan lingkungan alam fisik, faktor teknologi dan faktor kebudayaan sebagai penyebab perubahan-perubahan.
[2] Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1965), hlm. 135 dan seterusnya.
[3] Selo Soemardjan, op.cit., halaman 383
[4] http://nurkholifahhh17.blogspot.co.id/2016/12/makalah-perubahan-budaya.html
[5] Dr. Mukti, Alim, M.Hum. Komunikasi Antar Budaya dalam Tradisi Agama Jawa. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2017) hal. 34




JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM - FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017 

Makalah tersebut semoga sangatlah bermanfaat bagi para pembacanya, ataupun para pencari ilmu lainnya. Silahkan berikan komentar anda terkait adanya makalah ini :).
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

7 comments:

  1. Mantap mas :* izin copas logo IAIN Salatiga ya mas...

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke mas. jangan sungkan mampir di blog ini lagi yak

      Delete
  2. Mendidik sekali sangat berfaedah :)
    Lancrootkan mas :D

    ReplyDelete
  3. Iren makan bawang, keren bwang

    ReplyDelete
  4. pas.... disuruh pak mukti bikin rangkuman, ijin download kakak ^_^

    ReplyDelete

OKEJOHN-AJA Komentar boleh.. Marah kalau bisa jangan.. ^_^ ^_^ ^_^ NO SPAM - NO IKLAN

Item Reviewed: Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Hubungan, Kaitan dan Konflik Description: Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Makalah Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya Rating: 5 Reviewed By: Roy
Scroll to Top