Makalah ini dibuat oleh kelompok bersama untuk membahas lebih dalam mengenai Komunikasi Antar Budaya dan kaitan didalamnya. Silahkan Share atau bokmark link ini untuk kebaikan belajar anda.
Materi yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya
Materi yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Proses dan Macam Transisi Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya
Download versi Makalah Resmi Aja(google drive)
Proses dan Macam Transisi Antar
Budaya, Kaitan
Antara Budaya Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya, Kaitan Antara Budaya
Komunikasi dan Konflik Dalam Komunikasi Antar Budaya
Tim
Pembahasan:
Nur
Rohim 43010150037 Ayu Ardianti 43010160034
Umi Kamilah 43010150045 Gesang Kusumajati 43010160066
M. Iqbal 430101500 Zuan Jauhar
Mustofa 43010160077
Eni Nurfuadah 430101500 Lina
Sofia Isnaini 43010160084
Iqbal Maulana Y 43010160097
A.
Proses dan Macam Transisi Antar
Budaya
1.
Perkembangan Budaya di Indonesia
Berbicara tentang kebudayaan
Indonesia yang ada dibayangan kita
adalah sebuah budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan
Indonesia memiliki kebudayaan yang beranekaragam.
Kebudayaan yang dimiliki
oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia.
Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman
budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek
kebudayaan bagi suatu Negara. Karena
jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa
dan Negara.
Kebudayaan Indonesia
bukanlah suatu yang padu dan bulat, tetapi adalah suatu yang terjadi dari
berbagai unsur-unsur suku bangsa. Di daerah Indonesia yang sangat luas terdapat
bermacam macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain disebabkan oleh perjalanan
yang berbeda.
Sebagaimana diketahui, bahwa
unsur sejarah yang menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi
menjadi lima lapisan yaitu, (1) kebudayaan Indonesia asli, (2) Kebudayaan
India, (3) Kebudayaan Islam, (4) Kebudayaan Modern, (5) Kebudayaan Bhineka
Tunggal Ika.
2. Teori-Teori Perubahan Sosial
Budaya
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi
telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum
perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan
terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan segaja wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia.
Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi,
perubahan-perubahan tetap ada yang paling penting adalah lingkaran terjadinya
gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan adanya jalan tersebut
barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
3.
Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perarilah
Kebudayaan
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua
bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan
seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan
organisasi sosial.
Sebagai contoh dikemukakannya peralihan
pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi, perubahan
tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan-perubahan
tersebut lebih merupakan peralihan budaya
Perubahan sosial dan perubahan budaya
sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk menetukan garis pemisah antara perubahan sosial
dan kebudayaan. Hal itu disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak menjelma
dalam suatu masyarakat. Hal itu mengakibatkan bahwa garis pemisah di dalam
kenyataan hidup antara perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk
ditegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan hubungan timbale
balik sebagai sebab dan akibat.
4. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial
dan Kebudayaan
Perubahan
sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai
berikut.
• Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
• Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
5. Faktor-faktor yang Menyebabkan
Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada
sumber sebab-sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan
ada yang letaknya di luar[1]. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat
itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
a)
Bertambah atau Berkurangnya
Penduduk
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain
(misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk m
enimbukan kekosongan, misalnya dalam bidang
pembagian kerja dan stratifiksi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga
kemasyarakatan.
Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus
ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambah banyaknya
manusia penduduk bumi ini. Pada masyarakat-masyarakat yang mata pencaharian
utamanya berburu, perpindahan sering kali dilakukan, yang tergantung dari
persediaan hewan-hewan buruannya. Apabila hewan-hewan tersebut habis, mereka
akan berpindah ke tempat-tempat lainnya seperti manusia purba.
b)
Penemuan-Penemuan Baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar,
tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak teralu lama disebut dengan
inovasi atau innovation[2]. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab
terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayan yang baru,
baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang
individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Misalnya penemuan mobil, kereta api, dan jalan
kereta api, telepon, dan sebagainya menyebabkan tumbuhnya lebih banyak pusat
kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburb.
Proses penerimaan perubahan berbagai faktor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1)
Terbiasanya masyarakat memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut.
2)
Jika pandangan hidup dan
nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai agama,
dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka
penerimaan unsur baru itu mengalami kelambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3)
Corak struktur sosial suatu
masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya, sistem
otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4)
Suatu unsur kebudayaan diterima
jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5)
Apabila unsur yang baru itu
memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan
kegunaannnya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
c)
Pertentangan (Conflict) Masyarakat
Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat
kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingn masyarakat. Kepentingan
individu walaupun diakui, tetapi mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul
pertentangan atara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya, yang
dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
d)
Terjadinya Pemberontakan atau
Revolusi
Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia
telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar pada Negara Rusia yang
mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolute berubah menjadi dictator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih, mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial dan kebudayan dapat pula
bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri,
antara lain sebagai berikut.
·
Sebab-sebab yang Berasal dari
Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
·
Peperangan
·
Pengaruh Kebudayaan Masyarakat
Lain
6. Proses-proses Perubahan Sosial dan
Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam
keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi
jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Terjadinya
perubahan-perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal:
a)
Sebab-sebab yang berasal dari
dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan
komposisi penduduk.
b)
Sebab-sebab perubahan
lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk
berubah secara lebih cepat.
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda.
Dalam
perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan
sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di dalam keluarga sistem
politik, dan kekuasaan, serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud
dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang
dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang
bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai
pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian),
dan bahasa. Walaupun perubahan sosial dan perubahan kebudayaan itu berbeda,
pembahasan kedua perubahan itu tak akan mencapai suatu pengertian yang benar
tanpa mengaitkan keduanya.
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium)
merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian
masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi.[3] Dalam keadaan demikian, individu secara
spikologis merasakan akan adanya ketentraman, karena tidak adanya pertentangan
dalam norma-norma dan nilai-nilai.
Ada kalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara
bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh
juga pada warga masyarakat. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali
setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian
(adjustment). Bila sebaliknya terjadi maka dinamakan ketidakpenyusuaian social
(maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
7. Peristiwa-peristiwa Perubahan
Kebudayaan
a)
Ketidakserasian
Perubahan-perubahan dan Ketertinggalan Budaya
Cultural lag
adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan
masyarakat. Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami
kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah. Akan tetapi
ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan
kebendaan lebih berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Misalnya,
suatu suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu berpengaruh terhadap
tari-tarian tradisional. Akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai
hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri.
Apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan akan terjadi
kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur tersebut diatas, sehingga
keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal didalam sosiologi mengenai
perubahan dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag)
dari William F. Ogburn.
Teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa
pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya seperti
diuraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian dalam kebudayaan dari suatu
masyarakat, dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan). Juga
suatu ketertinggalan (lag) terjadi
apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga
lebih) yang mempunyai korelasi, tidak sebanding, sehingga unsur yang satu
tertinggal oleh unsur lainnya. Perubahan itu bisa berupa discovery (penemuan), invention
(ciptaan baru), dan diffusion
(difusi, peleburan dari ciptaan lama dengan baru).
Pengertian ketertinggalan dapat digunakan paling
sedikit dalam dua arti, pertama sebagai jangka waktu antara terjadi dan
diterimanya penemuan baru.
b)
Cultural
Shock (guncangan kebudayaan)
Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo
Oberg (1958) untuk menyatakan apa yang disebutnya sebagai suatu penyakit
jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan
yang berbeda dari kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tak
disadari oleh korbannya. Hal ini akibat kecemasan karena orang itu kehilangan
atau tak melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah
dikenalnya dengan baik.
Misalnya, adalah
peristiwa kebudayaan dimana masyarakat melakukan perpindahan dari Negara
satu ke Negara lain. Tetapi terjadi perbedaan budaya yang jauh antar Negara
tadi dan membuat masyarakat bingung untuk berdaptasi. Keadaan ini lebih
dipengaruhi dengan perbedaan mendapat beasiswa di Perancis. Tetapi di Perancis,
mereka lebih suka menggunakan Bahasa Ibu mereka. Keadaan ini jelas akan membuat
keadaan orang Indonesia mengalami Cultural Shock dimana dia akan kebigungan
dengan bahasa yang tidak biasa dia dengar selama ini dan seperti yang kita
ketahui, bahwa Bahasa Perancis jika tidak terbiasa mendengarnya pasti akan
sulit untuk memahaminya.
Ada empat tahap yang membentuk siklus culture shock:
·
Tahap inkubasi; kadang-kadang
disebut tahap bulan madu, sebagai suatu pengalaman baru yang menarik.
·
Tahap krisis; ditandai dengan
suatu perasaan dendam, pada saat inilah terjadi korban culture shock
·
Tahap kesembuhan; korban mampu
melampaui tahap kedua, hidup dengan damai.
·
Tahap penyesuaian diri;
sekarang orang tersebut sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan
dirasakannya dalam kondisi yang baru itu, rasa cemas dalam dirinya sudah
berlalu.[4]
Penyesuaian diri antarbudaya dipengaruhi oleh
berbagai factor, diantaranya factor intern dan factor ekstern. Faktor intern
ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skills). Watak adalah segala tabiat
yang membentuk keseluruhan kepribadian seseorang, yang dalam bahasa sehari-hari
biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan, “orang macam apa dia?” jawabannya:
emosional, pemberani, bertanggung jawab, senang bergaul dan seterusnya. Orang
yang senang bergaul biasanya akan lebih mudah menyesuaikan diri.
Kecakapan atau skills menyangkut segala sesuatu yang
dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki.
Selain kedua faktor ini, juga sikap (attitude)
seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya. Yang dimaksud
dengan sikap di sini adalah kesiagaan mental atau saraf yang terbina melalui
pengalaman yang memberikan pengarahan atau pengaruh terhadap bagaimana
seseorang menanggapi segala macam objek atau situasi yang dihadapinya.
Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya adalah:
·
Besar-kecilnya perbedaan antara
kebudayaan tempt asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinya.
·
Pekerjaan yang dilakukannya,
yaitu apakah pekerjaan yang dilakukannya itu dapat ditolerir dengan latar
belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.
·
Suasana lingkungan tempat ia
bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang untuk
menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup.
B.
Hubungan Komunikasi Dengan Budaya
1. Komunikasi
dan Budaya
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik.
Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya.
Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat
mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Dalam mewujudkan
suatu pandangan terhadap budaya. Dan melalui komunikasi juga dapat
mengkreasikan suatu budaya.
Menurut kajian ilmu sosial,
multicultural atau heterogenitas adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi
beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormayi dan toleransi atau
sama lain.[5]
2. Budaya
mempengaruhi Komunikasi
Porter dan Samovar (1993:26) menyatakan bahwa hubungan reciprocal (timbal
balik) antara budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin
mempelajari komunikasi antarbudaya secara mendalam. Dengan melalui budayalah
orang-orang dapat belajar berkomunikasi. Selanjutnya Porter dan Samovar kembali
menegaskan, kemiripan budaya dalam persepsi akan memungkinkan pemberian makna
yang cenderung mirip pula terhadap suatu realitas sosial atau peristiwa
tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda
maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi kita.
Banyak aspek/unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi
perilaku komunikasi seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses
persepsi dan pemaknaan suatu realitas. Berikut akan membicarakan beberapa unsur
sosial budaya sebagai bagian dari komunikasi antarbudaya, yang dapat
berpengaruh secara langsung terhadap makna-makna yang kita bangun dalam
persepsi kita sehingga mempengaruhi perilaku komunikasi kita (Porter dan
Samovar, 2003:28-32).
a.
Sistem kepercayaan (belief), nilai (values), dan
sikap (attitude).
Kepercayaan dalam pandangan
Mulyana (2004) adalah suatu persepsi pribadi. Kepercayaan merujuk pada
pandangan dimana sesuatu memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu, tidak
peduli apakah sesuatu itu dapat dibuktikan secara empiris (logis) atau tidak.
Berikut dicontohkan Mulyana:
·
Berdoa membantu menyembuhkan
penyakit.
·
Bersiul di malam hari mengundang
setan, terutama di tempat ibadah.
Nilai-nilai dalam suatu budaya
tampak dalam bentuk perilaku-perilaku para anggota budaya sebagaimana dituntut
atau disyaratkan oleh budaya yang bersangkutan. Misalnya, umat muslim dituntut
untuk menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan, umat katholik dituntut
untuk menghadiri misa, dsb. Nilai-nilai ini disebut oleh Porter dan Samovar
sebagai nilai-nilai normatif. Selanjutnya, kepercayaan dan nilai ini
berkontribusi pada pengembangan sikap.
Sikap dalam pandangan Porter dan
Samovar dipahami sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar
untuk merespons suatu objek atau realitas secara konsisten. Sikap tersebut
dipelajari dalam suatu konteks budaya. Kepercayaan dan nilai-nilai yang kita
anut sehubungan dengan suatu objek akan mempengaruhi sikap kita terhadap objek
tersebut. Misalnya, jika kita percaya bahwa mandi malam tidak baik untuk
kesehatan tubuh, maka kita akan menghindari untuk mandi malam.
b.
Pandangan dunia (world
view)
Unsur sosial budaya kedua yang
mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu objek atau realitas dan akhirnya
mempengaruhi perilaku komunikasi yakni pandangan dunia. Menurut Porter dan
Samovar (1993:30), pandangan dunia merupakan salah satu unsur terpenting dalam
aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan erat
dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam
semesta, dll.
Deddy Mulyana (2004:32-4)
kemudian menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi pemaknaan suatu pesan.
Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia mempengaruhi
komunikasi kita dengan orang lain. Dicontohkan Mulyana, karena kepercayaan
seseorang yang teguh akan agamanya maka akan mendorongnya untuk bertindak
hati-hati, tidak berbohong, menghina atau memfitnah orang lain, karena meyakini
semua tindakan komunikasinya itu kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan.
c.
Organisasi sosial (social
organization)
Porter dan Samovar (1993:31-32)
berpendapat, cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan
lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya
mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi.Menurut Porter dan
Samovar, ada dua institusi atau organisasi sosial yang berperanan penting dalam
kaitannya dengan persepsi. Pertama keluarga, yang meskipun merupakan organisasi
sosial terkecil dalam suatu budaya, ia juga mempunyai pengaruh penting.
Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak. Keluargalah yang
membimbing anak dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, mulai dari cara
memperoleh kata hingga dialek.
Kedua, sekolah dimana diberi
tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya.
Sekolah memelihara budaya dengan cara memberitahu murid tentang apa yang telah
terjadi di dunia sekitar, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui
sebagai anggota dari suatu komunitas budaya.
3. Komunikasi
mempengaruhi Budaya
Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana
komunikasi mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa
terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan
latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya
seseorang.Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang
berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek
yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan
identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan
Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari
komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.
Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang
sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu
kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi
suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang
anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan
pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula
memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.
C.
Peran Persepsi Dalam Komunikasi Antar Budaya
Untuk memenuhi tugas hidupnya
selaku makhluk sosial, manusia senantiasa beeinteraksi dengan orang lain. Untuk
itu, manusia menggunakan berbagai alat dan kemampuan yang memungkinkannya untuk
menjalankan fungsinya. Salah satu alat
perlengkapan manusia adalah alat indra. Dengan alat indra tersebut, manusia
dapat melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh dunianya.
Persepsi merupakan proses internal
yang dilalui individu dalam menseleksi, mengevaluasi, dan mengatur stimuli yang
datang dari luar. Secara mudah, persepsi dapat dikatakan sebagai proses
individu dalam melakukan kontak/hubungan dengan dunia sekelilingnya. Dengan
cara mendengar, melihat, mencium, meraba, merasa, kita dapat mengenai
lingkungan dan sadar mengenai apa yang terjadi di luar diri kita.
Pengaruh khusus kebudayaan pada proses
persepsi sulit diketahui karena sering kali tidak dapat dipastikan apakah
pengalaman pribadi atau latar belakang kebudayaan yang bertanggung jawab atas
terjadinya keragaman persepsi yang ada pada orang-orang. Namun demikian,
diasumsikan bahwa gabungan antara pengalaman pribadi dan latar belakang
budayalah yang cenderung merupakan pendorong atau penyebab dari timbulnya
persepsi.
Suatu tahap penting dari persepsi,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, adalah permberian makna pada objek-objek
dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Walaupun
masing-masing mempunyai makna objektif, misalnya tentang pohon, setiap orang
akan mengakuinya sebagai pohon, namun setiap orang juga dapat memberikan makna
subjektif. Makna subjektif ini ditentukan oleh pengalaman dan
kebudayaan.Semakin besar perbedaan yang "menyangkut latar belakang
pengalaman dan budaya, semakin besar-pula perbedaan yang menyangkut persepsi.
Perbedaan ini selanjutnya akan menimbulkan adanya tingkah laku dan reaksi yang
berbeda, biarpun objek yang jadi pusat perhatian adalah sama.
D.
Kaitan Antara Budaya Dan Komunikasi
Komunikasi adalah proses sosial.
Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang disampaikan
adalah komunikasi selalu melibatkan komunikasi manusia serta interaksi.
Fenomena sosial yang sekarang terjadi seperti permasalahan agama dan etnik
menyadarkan kami untuk mengkaji perlunya menyadari keberadaan perbedaan di
Indonesia.
Komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada oranglain dengan
menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang
tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk mengubah sikap atau
tingkahlaku seseorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan.(Effendy,2001:13)
Budaya pada dasarnya merupakan
nilai-nilai ini diakui baik secara langsung maupun tidak langsung seiring
dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut.Budaya menjadi bagian dari
perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasipun turut menentukan
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Menurut stewart L. Tubbs,
komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya
baik ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi. Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi-ke generasi.
Hubungan antarbudaya dan
komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya oleh karena
melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi.Komunikasi
antarbudaya terjadi apabila sebuah pesan yang harus dimengerti dihasilkan oleh
anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang
lain.(Samovar & Porter, 1994:19)
E.
Konflik Yang Di Hadapi Dalam Komunikasi Antar Budaya
Konflik berasal dari kata kerja
latin conflgure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana
salahsatu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
1. Jenis-jenis konflik berdasarkan
konsentrasi aktifitas manusia antara lain:
a) Konflik Pribadi
Pertentangan yang terjadiantara orang perorang karena
masalah pribadi, disebabkan karena perbedaan pendirian, serta perbedaan
kebudayaan.
b) Konflik Rasional
Pertentangan antara kelompok ras yang berbeda karena
kepentingan dan kebudayaan yang saling
bertbrakan.
c) Konflik Politik
Meyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun
diantara negara-negara yang berdaulat.
d) Konfli Kantar Kelas Sosial
Disebabkan perbedaan antar kelas sosial yang berbeda.
e) Konflik Internasional
Disebabkan perbedaan kepentingan antara dua Negara.
f) Konflik Vertical Dan Horizontal
Pertentangan antar kelompok masyarakat dengan para
pemimpin masyarakat.
2. Sebab - sebab munculnya konflik, antara lain:
a) Perbedaan pendirian dan perasaan
antar individu.
b) Perubahan sosial yang terlalu cepat
dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai
reorganisasi dari system nilai baru.
c) Perbedaan kebudayaan yang
mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku.
d) Bentrokan antar kepentingan baik perseorangan
maupun kelompok. Misalnya kepentingan ekonomi , sosial, politik, ketertiban,
dan keamanan.
e) Lemahnya kepemimpinan pada sebagai
tingkatan (weakleadership)
f) Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian
atau seluruh kelompok masyarakat .
g) Rendahnya tingkat penegakan hukum
(lack of legal mechanism)
3. Konflik juga bisa terjadi karena adanya
berbagai hambatan dalam komunikasi.
Hambatan-hambatan
dalam komunikasi antarbudaya (Chaney & Martin 2004:11) antara lain:
a) Fisik
Hambatan komunikasi macam ini berasal dari hambatan
waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik.
b) Budaya (cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan
juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya.
c) Persepsi (perseptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk
mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
d) Motivasi (motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi
sang pendengar,apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan
tersebut atau sedang malas dn tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi
hambatan komunikasi.
e) Pengalaman (eksperiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena
setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama, sehingga setiap
individu mempunyai presepsi dan konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
f) Emosi (emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari
pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang
terjadi akan semakin besar.
g) Bahasa (linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila
pengirim pesan (sender) dan
penerimaan pesan (receiver)
mnggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti
oleh penerima pesan.
h) Nonverbal.
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak
berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah
wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut
dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan
merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
i) Kompetisi
Hambatan seacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon
seluler sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus, maka penerima
pesan tidak akan mendengarkan pesan yang dsampaikan melalui telepon selulernya
secara maksimal.
Disamping
topik tersebut cara efektif untuk mengendalikannya memiliki berbagai bentuk. Cara mengatasi hambatan dan
memperbaiki komunikasi agar menjadi lebih efektif yakni:
a)
Social competence: mampu untuk membuat jaringan
sosial, pandai bergaul dan banyak teman
b)
Opennes to other ways of thinking: terbuka untuk menerima pikiran
yang berbeda dari atau perbedaan pendapat
c)
Cultural adaption: kemampuan seseorang menerima
budaya baru.
d)
Proffessional Excellence: mempunyai kemampuan yang handal
dalam bidang tertentu
e)
Language skill: kemampuan mempelajari bahasa asing dengan
tepat, karena bahasa adalah salah satu hal yang paling penting. Jika terjadi
kesalahan berbahasa, maka akan terjadi pula perbedaan persepsi yang menimbulkan
perpecahan.
f)
Flexibility: kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai
dengan tuntutan keadaan
g)
Ability to work in team: kemampuan dalam mengelola dan
bekerjasama dalam satu tim.
h)
Self relianceor independence: Percaya diri dan mandiri
i)
Mobility: lincah dan wawasannya luas.
j)
Ability to deal with stress: mempunyai kemampuan untuk
mengatasi stres
k)
Sesivity: peka terhadap sesuatu yang baru
l) Memelihara komunikasi terbuka
m) Memahami kesulitan komunikas iantar
budaya
n) Menggunakan pendekatan berkomunikasi
yang berpusat pada penerima
o) Menggunakan teknologi secara bijaksana
dan bertanggung jawab buntuk memperoleh dan membagi informasi.
p) Pengendalian konflik (akomodasi)
·
Koersi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu.
·
Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak –pihak yang
terlibat perselisihan saling mengurangi tuntunan agar tercapai suatu penyelesaian.
·
Atribasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang
berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga
yang berhak memberikan keputusan.
·
Mediasi merupakan bentuk akomodsi
yang hamper sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga tidak berhak memberikan
keputusan.
·
Konsiliasi merupakan bentukakomodasidenganmempertemukankeinginan-keinginandaripihak
–pihakberselisih demi tercapainyasuatutujuanbersama.
·
Toleransimerupakanbentukakomodasitanpapersetujuan yang resmi.
·
Stalematemerupakanbentukakomodasiketikakelompok – kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti sendiri.
·
Adjukasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya
Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Ali,
Mukti. 2017. Komunikasi Antar Budaya
dalam Tradisi Agama Jawa. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Nasrullaah, Rulli. 2012. Komunikasi
Antarbudaya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan
Lintasbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy dan Jalaludin
Rakhmat, 1993. Komunikasi Antarbudaya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soemardi, op.cit.,. Mac Iver
Nasrullah, Rulli, 2012. Komunikasi AntarBudaya Di Era Budaya Siber.
Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Porter, Richard E. dan Larry A.
Samovar. 1993. Suatu Pendekatan terhadap
KAB. dalam buku Komunikasi Antarbudaya, Penyunting: Deddy Mulyana dan
Jalaludin Rakhmat. , Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://nurkholifahhh17.blogspot.co.id/2016/12/makalah-perubahan-budaya.html
http://www.apyusa
.com/2015/10/contoh-makalah-konflik-sosial-dan.html
[1] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op.cit., hlm. 489. Mac Iver
dan Page dalam bukunya Society, an
introductory analysis, menyebutkan lingkungan alam fisik, faktor teknologi
dan faktor kebudayaan sebagai penyebab perubahan-perubahan.
[2] Koentjaraningrat, Pengantar
Antropologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1965), hlm. 135 dan
seterusnya.
[3] Selo Soemardjan, op.cit., halaman 383
[4] http://nurkholifahhh17.blogspot.co.id/2016/12/makalah-perubahan-budaya.html
[5] Dr. Mukti, Alim, M.Hum.
Komunikasi Antar Budaya dalam Tradisi Agama Jawa. (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
2017) hal. 34
JURUSAN KOMUNIKASI DAN
PENYIARAN ISLAM - FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
Mantap mas :* izin copas logo IAIN Salatiga ya mas...
ReplyDeleteoke mas. jangan sungkan mampir di blog ini lagi yak
DeleteMendidik sekali sangat berfaedah :)
ReplyDeleteLancrootkan mas :D
Mantap
ReplyDeleteIren makan bawang, keren bwang
ReplyDeleteApanya yang keren mbak lina?
Deletepas.... disuruh pak mukti bikin rangkuman, ijin download kakak ^_^
ReplyDelete