KONSEP MANUSIA DALAM
PANDANGAN
PSIKOLOGI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Dakwah
Dosen Pengampu : Dra. Sri Suparwi, M.A.
Dosen Pengampu : Dra. Sri Suparwi, M.A.
Disusun Oleh :
Abdul Haris Susilo (43010150036)
Nur Rohim (43010150037)
FAKULTAS DAKWAH – KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI – SALATIGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Konsep
manusia dalam disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern adalah konsep sentral.
Jika kita masuk dalam kajian-kajian psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi,
hukum, manajemen, sastra, filsafat ilmu pengetahuan dan teologi, maka
konsep-konsep manusia selalu menjadi faktor utama karena memegang peranan
penting dalam mengembangkan suatu teori atau disiplin ilmu. Konsep manusia ini
akan menentukan bagaimana penelitian terhadap manusia dilakukan dan bagaimana
perlakuan terhadap manusia dilangsungkan.
Begitu juga
jika kita menelaah psikologi, maka setiap aliran, teori dan sistem psikologi
senantiasa berakar pada sebuah pendangan filsafat tentang manusia, apakah
manusia itu. Seperti konsep-konsep manusia dalam pandangan aliran-aliran
psikologi modern (psikoanalisis, humanistik dan behavioristik) yang setelah
dilakukan analisis apakah benar mempunyai
kekurangan masing-masing.
1.2. Rumusan masalah
- Bagaimanakah pembagian psikologi manusia?
- Seperti apa macam pembagian psikologi manusia?
- Bagaimana penjabaran mengenai macam psikologi manusia tersebut?
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui bagaimana pembagian psikologi manusia
- Untuk mengetahui macam pembagian psikologi manusia
- Untuk mengetahui penjabaran mengenai macam psikologi tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembagian
Psikologi Manusia
Bertolak
dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia, para
ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan,
dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak
kepribadian manusia. Determinan tri-dimentional organo-biologi, psiko-edukasi
dan sosiokultural ini dapat
dikatakan dianut oleh semua ahli di dunia psikologi dan psikiatri. Dalam hal
ini untuk ruhani sama sekali tak masuk hitungan, karena dianggap termasuk
dimensi kejiwaan dan merupakan penghayatan subjektif semata-mata.
Selain itu
psikologi, apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat manusia yang
mendasarinya bercorak anthroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat
dari segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala
peristiwa yang menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan. Pandangan ini
menyangkut derajat manusia ke tempat teramat tinggi, ia seakan-akan prima causa
yang unik. Pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki pula kebebasan
penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.
Sampai dengan penghujung abad 20 ini
terdapat empat aliran besar psikologi :
·
Psikoanalisis (psychoanalysis)
·
Psikologi perilaku (behavior psychology)
·
Psikologi kognitif (cognition psychology)
·
Psikologi humanistik (humanistic psychology)
Masing-masing
aliran meninjau manusia dari sudut pandang berlainan dan dengan metodologi
tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan
manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
2.2 Penjabaran Mengenai Psikologi Manusia
Berbeda dengan penjabaran
manusia menurut psikologi Islam yang umumnya membagi subtansi manusia
atas jasad dan ruh, tanpa memasukkan nafs. Pada penjabaran mengenai psikologi manusia ini hanya akan menyinggung
bagian yang memang telah dicetuskan oleh pengamat psikologi pada masa
sebelumnya. Antara lain psikologi tersebut adalah sebagai berikut.
2.2.1
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah
psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
"psikoanalisis" dan "psikoanalisis"
Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang
dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan
istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran
mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl
Gustav Jung dan Alfred
Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis" (bahasa
Inggris: analitycal psychology)
dan "psikologi individual" (bahasa
Inggris: individual psychology)
bagi ajaran masing-masing.[1]
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan :
3.
suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan
yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang
mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan
manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis"
berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam.
[foto Sigmund Freud]
Psikoanalisis Freudian, baik teori
maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi
moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai
tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap
perkembangan anak.
2.2.2. Behaviorisme
Awal mula adanya Psikologi
Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini secara formal diawalioleh seorang psikolog Amerika bernama John
Broadus Watson (1878-1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada
tahun 1913.[2]
John Broadus
Watson
Watson
mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi
bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang
dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu
pengetahuan psikologi.Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi
perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif
dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam
psikologi Amerika
Psikologi behaviorisme sebagai
disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli
lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi
perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan
empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara
umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke
tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada
lingkungan.
Behaviorisme
percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil
dari proses belajar. manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar
itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya.
2.2.3. Kognitif
Psikologi
kognitif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental yang terjadi
pada saat penyimpanan kembali dari ingatan (moryan, 1975). Sejarah dari
psikologi kognitif berawal pada saat Plato (428-348SM) dan
muridnya Aristotle
(384-322SM) memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun
dunia serta alamnya. Plato
berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar secara
logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristotle
yang menganut paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh
pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris.[3]
Ada beberapa lingkup psikologi
kogntif (area-area penelitian utama dalam psikologi kognitif) yaitu :
·
Neuro sains kognitif (Untuk
melihat proses-proses mekanikal dan kimiawi)
·
Sensasi atau persepsi (Untuk
mendeteksi dan menginterperetasi sementara)
·
Pengenalan pola (Untuk
menginterpretasi pola)
·
Atensi (Sebuah
proses dalam memilah-milah informasi dalam kognisi)
·
Kesadaran
·
Memori
·
Representasi pengetahuan
·
Pencitraan
·
Bahasa
·
Berfikir dan formasi konsep
·
Perkembangan kognitif
·
Kecerdasaan manusia dan kecerdasan
buatan
Di psikologi
kognitif terdapat pemrosesan manusia yag merupakan bagian dari perspektif
kognitif dalam membahas cara manusia berfikir. Dimana pemrosesan manusia
berasal dari informasi dapat diperoleh melalui panca indera yang kemudian
diolah (input) serta disimpan dalam storage dan dipanggil kembali (output).
Proses
pembentukan ingatan bermula ketika kita memperoleh informasi melalui panca
indera (sensory register) yang
kemudian diteruskan, diolah dan masuk kedalam short term memory, dalam short
term memory terdapat proses rehearsal
(pemanggilan kembali secara spontan) dan elaborative
(secara bertahap tersusun atau detail dari objek yang mempunyai kesamaan dengan
objek yang disimpan di dalam long term
memory), setelah informasi atau objek di simpan di STM maka akan akan
muncul rehearsal (bercampur dengan
pengalaman atau kesamaan yang akan menghasilkan output) di LTM.
Otak
komputasional (computational brain),
untuk mempersepsikan informasi mengenai lingkungannya, memahami dunianya, dan
memproses informasi. Otak adalah pusat dari seluruh proses tersebut, karena
otak mengolah, dan memakai informasi yang diterima dari sitem syaraf perifer.
Sistem tersebut tersusun dari saraf-saraf yang terletak di luar sumsung tulang
belakang atau otak dan terlibat dalam sensasi dan persepsi.
2.2.4. Humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari
kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham
Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional
yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti
tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul
sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang
sebagai “kekuatan ketiga“ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap
sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari
psikoanalisisala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia
yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang
sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan
dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat
memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya
secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk
mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab
personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964)
mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1)
keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2)
manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan
orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab
atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk
mencari makna, nilai dan kreativitas.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan
pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan
Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang
persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang
dipersepsinya.[4] Menurutnya,
bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu sendiri,
melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil
pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri
seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Psikologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku, gejala dan kegiatan jiwa. Diluar konsep
psikologi manusia menurut islam dikatahui bahwa di penghujung
abad 20 ini terdapat
empat aliran besar psikologi :
·
Psikoanalisis (psychoanalysis)
·
Psikologi perilaku (behavior psychology)
·
Psikologi kognitif (cognition psychology)
·
Psikologi humanistik (humanistic psychology)
3.2 Saran
Makalah ini dibuat semata-mata
sebagai sarana pembelajaran mata
kuliah Psikologi Dakwah yang
memang dibutuhkan sebagai
pengetahuan dasar seorang mahasiswa islam dalam mengamalkan
ajaran islam, khususnya
progdi Komunikasi Penyiaran Islam. Selain itu, makalah
ini diolah ulang setelah mencari referensi dari berbagai sumber, sekaligus
untuk menambah wawasan dalam belajar menulis, sesuai dengan kemampuan kami dalam memahami.
Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan bila makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumardi. 1998. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lewin, Kurt. 1935. A Dynamic Theory
of Personality. New York: Mcgraw-Hill Book Company.
Sumber referensi web:
[2] http://nurulkomala48.blogspot.co.id/2013/11/makalah-psikologi-behaviorisme.html
[3]https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kognitif&action=edit§ion2
[4] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/psikologi-humanistik/
Sumber gambar terkait:
http://ayuputri-pratiwi.blogspot.co.id/2011/10/berbagai-pendekatan-psikologi-tentang
-perilaku-manusia.html
Sumber footnote terkait
[1]
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikoanalisis
[2]
http://nurulkomala48.blogspot.co.id/2013/11/makalah-psikologi-behaviorisme.html
[3]https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kognitif&action=edit§ion2
[4]
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/psikologi-humanistik/
Fakultas Dakwah - KPI
IAIN Salatiga
copyright 2016
0 comments:
Post a Comment
OKEJOHN-AJA Komentar boleh.. Marah kalau bisa jangan.. ^_^ ^_^ ^_^ NO SPAM - NO IKLAN